Travel Writing Ala Marischka Prudence: Menulislah Dengan Rasa!


Belakangan ini saya lagi seneng nulis dongeng perjalanan tapi selalu gitu-gitu aja. Iya kan, goresan pena perjalananku tuh anyep banget kayak sempol gopean kurang mecin. Bacanya kayak nyelos aja gitu, enggak ada gregetnya banget. Terus emang dasar rejeki mahmud solehah, KEB dong seminggu kemudian bikin program Arisan Ilmu. Speakernya, beuh: Marischka Prudence!

KEB itu Kumpulan Emak Blogger, by the way. Komunitas blogger wanita terbesar di Indonesia

Kebetulan saya lagi stay di Jakarta, jadi cus lah cuma sekali naik commuter line, dua kali naik ojek dan satu kali jajan gorengan pinggir jalan untuk sanggup hingga ke lokasi arisan, Plaza FX.

Bentar, sebelum saya sharring soal ilmunya, saya mau dongeng bloon dulu. Makara kan di Purwokerto lift memang nggak banyak ya, gimana mall aja cuma hitungan jari. Dan semua liftnya itu lift jaman dulu gitu deh. Trus pas di Plaza FX, saya mau naik lift. Pintunya udah ketutup, orang-orang udah pada di dalem dan siap naik ke atas. Aku buru-buru pencet lah itu buletan di sebelah pintu. Pencet berkali-kali tapi pintunya tetep nggak terbuka. Duh, kenapa ini?

Lalu liftnya jalan naik, dengan posisi saya terdiam dongo di depan pintu dan orang-orang di dalam lift ngeliatin sambil senyum-senyum penuh maksud (liftnya transparan). Nggak usang ada mba-mba tiba ke arahku, di depan lift ada tiang kecil gitu dengan 2 tombol, dipencetlah sama dia. Trus pintu lift sebelah terbuka dan beliau melenggang masuk dengan elegan. HAHAHAHAHA

Mohon maaf di Purwokerto nggak ada lift yang pencetannya begini, jadi yang daritadi saya pencetin itu gak tau buletan apaan. Pantesan gak kebuka liftnya. Itu tadi orang-orang pada senyum cengengesan, ngeledek apa gimana. Mungkin abis itu di dalem lift mereka kompak ngemeng: DARI KAMPUNG MANA BUUU 😂😂😂

**



Oke, kita kembali ke Marischka Prue. Kenapa beliau sanggup jadi travel writer yang kece banget gitu?

KARENA DIA MENULIS DENGAN RASA!

Kemarin beliau menampilkan satu foto di layar presentasi dan menanyakan beberapa penerima arisan, apa rasa yang kalian sanggup dari foto ini? Tau apa? Semua yang ditanya jawabnya beda-beda, padahal fotonya sama!

Naitu! Kita selalu punya rasa akan sesuatu hal dan nggak akan sama dengan orang lain. Itulah yang harusnya dikonversi menjadi kata-kata dan dijadikan tulisan. Rasa-rasa yang kita sanggup ketika perjalanan, itu yang kita bagi ke pembaca. Makara enggak perlu dibuat-buat supaya goresan pena jadi anggun atau menarik, transfer aja apa yang kita rasakan ke pembaca, maka goresan pena itu akan penuh energi dengan sendirinya.

Ini bahan yang paling nancep buat saya alasannya ialah nonjok banget, selama ini saya nulis kayak tembok sekolahan. Banyak coretannya tapi hambar. Anyep. Gunung indah ya bilang indah, lha bocah kemaren sore juga tau gunung itu indah. Nulis perihal masakan cuma bilang yummy atau yummy banget. Padahal ketika makan itu, misalnya, saya ngobrol sama penjualnya dan sanggup dongeng menarik perihal perjalanan warungnya. Kenapa enggak itu yang ditulis? Kenapa harus makanannya yang yummy dan yummy banget?

Padahal yang lebih berbekas di hatiku soal penjualnya, ya udah enggak usah maksa menulis yang lain-lain. Kita aja merasa nggak menarik, gimana pembaca?


Iya, persis dengan goresan pena yang lagi kalian baca ini. Kemaren itu materinya buanyak, dari tips and trick jadi travel writer hingga gimana menghasilkan uang lewat travel blog. Tapi jika saya tulis semua, niscaya pembaca akan bosan alasannya ialah panjang dan banyak, pun saya enggak enjoy kalau harus menulis semuanya. Akhirnya saya menentukan topik yang paling menarik menurutku, paling nancep dan menurutku penting diketahui banyak blogger: Menulis dengan Rasa!

Nanti goresan pena jadi dangkal? Wo enggak. Kita kan tetep sanggup menyelipkan info-info dasar sesuai dengan prinsip 5 W + 1 H. Cerita perihal perjalanan hidup pemilik warung makan, kita tetep sanggup menyelipkan info perihal warungnya, kan? Lokasinya dimana, menunya apa aja, harganya berapa, suasana warungnya gimana, rasa makanannya gimana, rasa minumnya gimana, rasa yang pernah ada di antara kita kenapa kau secepet itu ngelupainnya. WOY!

Dan satu lagi yang nancep buat aku, Marischka Prue bilang, enggak usah terlalu memaksakan menulis yang anggun atau berbobot. Menulis aja apa yang kita rasakan selama perjalanan (lagi-lagi ini). Karena jika kita berusaha banget buat bagus, nanti kesannya malah maksa. Tulisan jadi nggak ada energinya, kosong, alasannya ialah kita enggak enjoy nulisnya. 

Pacaran dipaksa-paksa aja nggak yummy tho? Mau gantengnya kayak Travis Barker lagi nggak pakai baju, jika nggak enjoy menjalani kekerabatan ya nggak bakal yummy lah. Tapi biarpun mukanya kayak sendal jepit, ketika kita enjoy dan 'masuk' ke dalam kekerabatan itu, niscaya semua akan lebih sehat dan menyenangkan. Terus ini paragraf kenapa jadi kayak Pungky pakar cinta online bebas pulsa.

Terus gimana travel blog yang anggun itu? YANG ALA DIRI KITA SENDIRI! Enggak ada patokan sama sekali. Prue menampilkan blog almarhum om Cumi Lebay kemarin. Blog yang nulisnya semau-mau dia, fotonya pun suka-suka banget kancutan dimana-mana. Tapi beliau sukses jadi travel blog dengan trafik nomer satu di Indonesia ketika ini, alasannya ialah apa? Karena beliau menjadi dirinya sendiri!

Dan paragraf barusan bikin mata saya panas, kangen om Cumi, yah? :(

Sama sekali enggak perlu menjadi orang lain, terinspirasi boleh, tapi tetaplah menulis sebagai diri sendiri. Bangun blog yang gue banget, goresan pena perjalanan yang memang kita suka menulisnya, bukan kita terpaksa menulisnya. Daripada sibuk menggandakan orang lain, mending sibuk kirim gincu gres ke saya aja. Gimana? Nyahahaha kok modus.



Terimakasih kak Prue untuk ilmunya, terimakasih KEB untuk Arisan Ilmunya, terimakasih Makmin untuk kesempatannya, dan terimakasih Plaza FX sudah mengajari saya naik lift masa kini. Semoga abis ini saya sanggup jadi blogger sehits kak Prue ya buahahahahaha ngarep betul. Eh amin mana amin, sepi bener?


Depok, 27 Maret jadi kangen piknik, 2017

Aku juga heran kenapa kak Prue itu sanggup bening banget, mulus dan mukanya licin. Padahal sama-sama doyan panas-panasan dan kena air laut. Dunia nggak adil beut, Foto kami berdua jadi kayak papan catur gitu, hitam putih yang sungguh kontras. Huss, apa ketawa-ketawa! 😒


0 comments