Rumah Yang Baik Untuk Martin

 

Saat goresan pena ini diketik, mesin pencariku gres aja tertutup dari gosip ihwal Tengku. Seekor Orangutan Sumatera yang sedang berjuang bertahan hidup, alasannya yaitu dalam tubuhnya bersarang 60 butir peluru senapan angin. Enam puluh butir peluru!

Salah satu matanya buta akhir peluru-peluru itu, dan harus segera diangkat. Atas kesalahan yang sama sekali nggak dia perbuat, dia harus ditembaki dan kehilangan satu matanya. Sialnya lagi, Tengku bukan yang pertama, berdasarkan Orangutan Information Centre (OIC) di Sumatra, dalam setahun ini, mereka telah menyelamatkan 24 Orangutan dari aneka macam kasus serupa. 


Manusia emang brengsek banget ya! Satu peluru masuk tubuh aja rasanya niscaya luar biasa, ini enam puluh! Orangutan masuk ke perkebunan desa? pemukiman penduduk? meresahkan warga? RUMAHNYA KITA YANG BAKAR NYET! Kita, manusia, yang rakus menghabisi rumah-rumah mereka. Kita, manusia, yang bikin mereka kehilangan semua. Sekarang mereka kelimpungan cari rumah baru, kita juga yang nembak.

Oh, nggak heran ya, kita kan memang lebih binatang dari mereka. 



**

Kasus Tengku mengantar ingatanku pada sebuah siang di Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas (TRMS), Banjarnegara. Tempat yang mempertemukanku dengan Martin, bayi orangutan Kalimantan yang manja dan tampak bahagia. Bocah kecil ini bau minyak telon, badannya bersih, bulunya terawat dan terlihat sangat sehat.

Selama dua jam saya di sana, selama itu pula Martin bersahabat dalam pelukanku. Tangannya mencengkeram tanganku hingga merah-merah. Kukunya memang panjang-panjang, alasannya yaitu oleh TRMS sengaja dibiarkan tumbuh alami. Kami main bareng, peluk-pelukan, uyel-uyelan, dan jalan-jalan keliling TRMS. Dia betul-betul manja, alasannya yaitu selama ini memang begitulah dia diperlakukan oleh keluarga manusianya.  


Martin, yaitu 1 dari 3 bayi orangutan di TRMS. Dua lainnya, Noval dan April, merupakan kakak-kakak kandung Martin. Mereka anak dari sepasang orangutan yang dirawat oleh TRMS hingga berhasil berkembang biak. Tiga bersaudara ini, beserta ayah ibunya, semuanya hidup dan sehat sehat hingga sekarang. Mereka berkumpul jadi keluarga yang utuh, hal yang belum tentu bisa mereka rasakan di rimba.

Taman Margasatwa Serunglingmas ini memang bukan sekedar kebun binatang. Di sini ada sentra konservasi sederhana, yang salah satu misinya yaitu mengembangbiakan fauna-fauna hampir punah, menyerupai orangutan. Tempatnya bersih! Kandang-kandang tampak terawat dan hewannya gemuk-gemuk. Nggak terlihat satupun yang stress atau sedih. Pengelolannya, dipegang oleh UPT Serulingmas, di bawah naungan eksklusif pemerintah tempat Banjarnegara.

Ini kucing seneng banget golar goler, dia nggak sadar dia kucing serem xD

Adalah Pak Kris, pimpinan TRMS sekaligus ayah bagi hewan-hewan di sana. Pak Kris yang memastikan semua binatang selalu terawat, sehat, dan hidup layak. Beliau beserta staff, merawat fauna-fauna dengan penuh rasa kasih.
Di TRMS pawangnya banyak. Mereka yang membersihkan sangkar dan memberi makan binatang setiap hari. Kalau siang mas-mas pawang ini duduk-duduk bercanda di base camp-nya, merekapun kelihatan senang dan menikmati pekerjaannya. 

Ada dokter binatang juga, yang waktu saya ajak ngobrol, rasanya kayak ngobrol sama pakdenya hewan-hewan. Kebetulan saya lagi gendong Martin waktu itu, trus ia bilang "Sama siapa, nang? Seneng ya banyak yang ajak main". Martin dipanggil cah lanang, saya senyam senyum liatnya. Beneran kayak keluarga. 

Waktu kami keliling TRMS, kami sempat main ke sangkar unta, dan salah satu unta eksklusif 'gelendotan' sama Pak Kris. Menyodorkan kepalanya minta dielus-elus, ya ampun manja banget sama ayah ya! :D


 "Ada rencana melepasliarkan mereka, pak?", Tanyaku pada Pak Kris.

"Mungkin ada, tapi sejauh ini belum. Gimanapun mereka ini punya insting liar yang harus pulang ke alam. Tapi mau gimana, mereka nggak kondusif di rumahnya sendiri. Nonton berita, hutan Kalimantan kebakaran, orangutan pada mati. Ada yang dibunuh juga, ditembak, ada yang mati kelaparan. Di sini mereka kami kasih rumah..", jawab ia dengan mata nanar.

Seketika saya menatap Martin dalam pelukanku. Ah, iya, pak.. Membayangkan bocah kecil ini suatu hari nanti harus kembali ke rimba, ketakutan diantara api yang memperabukan rumahnya, menangis terkena tembakan senapan angin para pemburu, atau duduk kelaparan menunggu mati. Aku eksklusif disergap ketidakrelaan. Nggak rela dia harus mencicipi itu semua. Nggak. Nggak boleh.

Mungkin ketidakrelaan ini juga yang terus bergemuruh di hati Pak Kris. Beliau tau anak-anaknya ini, pada saatnya, harus pulang ke rumahnya. Lepas liar di hutan hujan. Tapi, rumah yang mana? Pulang kemana? Rumah yang sudah berubah jadi kebun kelapa sawit? Rumah yang dikepung pemburu-pemburu bersenapan angin? Rumah yang bisa tiba-tiba dilahap api? Rumah yang nggak lagi menyediakan makanan untuk mereka?

Pak Kris tau, TRMS bukan tempat yang pas untuk Martin dan keluarganya. Di sini mereka tinggal dalam tempat-tempat yang hanya dibentuk menyerupai dengan habitat asli, dikasih pohon pohon tempat mereka gelantungan. Tapi ya tetap saja kandang. TRMS belum bisa menciptakan hutan hujan buatan. Tapi di sini jugalah, mereka bisa makan sehat setiap hari, mereka dirawat, kesehatannya diperhatikan. Di sini Martin kecil tampak senang dan selalu punya pelukan kapanpun ia ketakutan. 

Di sini, Martin, Noval, April, dan semua hewan-hewan diberikan rumah. Rumah yang baik.


Aku, melayangkan salut setinggi-tingginya untuk pemerintah tempat Banjarnegara, ketika di titik lain insan membunuh dan menghabisi orangutan, di sini mereka membangun rumah untuk hewan-hewan. Aku, mengamini keinginan Pak Kris, semoga TRMS bisa terus berkembang dan memperluas lahan. Supaya keluarga fauna di sini bisa punya rumah yang lebih menyenangkan. Aku, berdoa bersama Pak Kris, semoga rimba masih punya tempat untuk mereka. Supaya mereka masih bisa pulang ke rumah. Rumah yang baik.


Purwokerto, 1 Desember, bersama doa-doa untuk kepulihan Tengku, 2016

Terimakasih pak Kris dan staff UPT Serulingmas. Gusti memberkahi.

***


Taman Rekreasi Margasatwa Serunglingmas

Jalan Selamanik No. 35, Kutabanjarnegara, Kec. Banjarnegara, Banjarnegara, Jawa Tengah 53415, Indonesia
Jam buka: 8 pagi – 4 sore











0 comments